Risalah Juang Untuk Datuk Palimo Rasa

Risalah Juang Untuk Datuk Palimo Rasa

Tribun News - Kami memang sering memendam rasa, sekedar untuk menahan sikap untuk menunjukan ketidakridloan. Kami terbiasa dengan bahasa isyarat, tak seperti orang Minang yang terbiasa berputih tulang daripada berputih mata.

Namun, diamnya kami orang Jawa bisa berarti ridlo, bisa berarti kesumat yang membara. Dan sudah saatnya, kami tunjukkan kesumat yang membara.

Kami diminta 'tumungkulo yen didukani' sebagai bentuk hormat dan ta'zim kami kepada penguasa. Tapi sikap diam kami, bukan berarti selalu bermakna keridloan.

Andap asor, duwur wekasane. Itu prinsip yang kami jaga, bahwa pada akhirnya orang yang mengalah dan mengambil hikmah, akan menjadi pemenang sejati. Hingga pada saatnya, sebagian dari kami yang di timur, akhirnya mengumandangkan slogan 'Rawe Rawe Rantas, Malang Malang Putung'.

Isyarat kami, atas kemarahan yang memuncak, sesunggunya dapat diindera oleh siapapun yang berakal. Namun, penguasa dungu ini, hanya sibuk dengan 'rasanya' dan tak menghiraukan 'rasa rakyatnya', mereka udzur untuk memahami kemarahan kami yang terpendam.

Jika ulama kami berfatwa, kami telah siap menyingkap rasa terpendam untuk mengumandangkan perlawanan secara terbuka. Kami, adalah cucu-cucu Pangeran Diponegoro. Kami terbiasa prihatin, ngenger di negeri seberang, untuk mempertahankan diri demi masa depan kami.

Jika kami, dipaksa ngenger lagi untuk masa depan bangsa, agar tidak dirusak para petualang politik, kami siap membuka 'perang Jawa kedua' untuk menumbangkan antek-antek penjajah aseng dan asing. Kami, adalah cucu-cucu panglima Soedirman, kakek buyut kami telah mengajarkan kepada kami apa makna prihatin, apa makna berjuang, dan apa makna pengorbanan.

Tentu atas ikatan akidah Islam, kami yang di Jawa akan merajut tali kasih, mengikat perdamaian, dan persekutuan penting untuk berjuang dalam satu gerakan melawan kezaliman, melawan rezim tiran. Bersama saudara muslim kami lainnya : di ranah Minang, di Medan, di Aceh, di Riau, di Pekan Baru, di Palembang, di Lampung, putra-putra Kesultansn Banten, para pejuang Jabar, Arek Arek Suroboyo, di Sulawesi, Kalimantan, Ternate dan Tidore, serta seluruh kaum muslimin lainnya.

Kita akan berlomba dalam kebajikan, untuk menunjukan kiprah terbaik dalam membela Islam, membela bangsa dan negara. Kita, akan bersama-sama melawan segala bentuk tirani dan penindasan.

Rezim zalim ini tidak menghargai agama, kecuali untuk memoles citra belaka. Tidak menghormati ulama, kecuali untuk menipu rakyat semata. Tidak pernah berkhidmat untuk bangsa dan negara, kecuali menjadi begundal, antek asing dan aseng saja.

Jelas, kami tidak akan ridlo dengan semua ini. Jelas, agama kami, kakek buyut kami, tidak mewariskan kepada kami sifat pecundang dan diam atas kezaliman. Kami akan melawan, kami telah siap mendengar dan mentaati, seruan suci untuk membela Dinullah.

Bagi rezim, bagi Anda tuan tuan yang menganggap kami tak ada karena sikap diam kami, bagi kalian yang merasa aman dari kritikan kami, saksikanlah ! Kami, telah mencukupkan diri untuk diam dan sudah saatnya kami menunjukan ketidakridloan.

Kami, telah melihat kezaliman itu telah melampaui batas, hingga kami khawatir keadaan ini akan diwariskan kepada anak cucu kami, generasi masa depan harapan bangsa. Jadi kami peringatkan, wahai tuan tuan yang berdiri sombong diatas sianggasana tiran, berhentilah menipu dan menzalimi umat Islam.

Kami telah menitip wasiat kepada keluarga, untuk persiapan perpisahan yang cukup lama. Kami telah yakinkan keluarga, bahwa surga adalah tempat tinggal kekal tempat kami berhimpun dikehidupan yang selanjutnya. Karenanya, kami telah siap. Silahkan tuan tuan membuka jalan untuk mengambil pilihan, niscaya akan kami ambil seluruh tantangan tuan. [].

Comments