Kenapa Rakyat Tak Bahagia Menyambut Pelantikan Jokowi - Ma'ruf?


Tribun NewsBahagia didefinisikan sebagai rasa atau suasana bathin yang merasa senang, gembira, tenang dan Qonaah karena terpenuhinya kebutuhan atau hajat yang bersifat inderawi baik berupa sandang, pangan dan papan, juga karena terpenuhinya kebutuhan non inderawi baik karena sebab mendapat penghargaan, penghormatan, rasa empati, perhatian, dan dukungan pihak lain terhadap dirinya.

Seorang fakir miskin merasa bahagia, ketika datang seorang yang kaya memberikan harta kepada dirinya. Kebahagiaan itu, muncul dari adanya rasa atas terpenuhinya hajat inderawi berupa sandang, pangan dan papan, atau minimal kebutuhan makan melalui pemberian orang kaya tersebut.

Ada juga, seorang pemuda bahagia ketika mendengar jawaban pinangannya diterima seorang gadis. Kebahagiaan ini bukan terkait terpenuhinya sandang, pangan dan papan. Tapi kebahagiaan karena penghargaan, penerimaan, dan rasa menjadi diri yang diterima adalah kebahagiaan yang tak terkira.

Rasa bahagia itu natural, tidak bisa diperoleh dengan pencitraan. Beda dengan elektabilitas, yang bisa dijemput dengan pencitraan semu.

Bahagia, selain tidak bisa dengan pencitraan juga tidak bisa dipaksakan. Siti Nurbaya, dahulu tetap tidak bahagia ketika dipaksa kawin dengan Datuk Maringgi, meskipun Siti Nurbaya akan bergelimang Harta dengan sang Datuk.

Saat ini, kenapa rezim meminta rakyat ikut gembira, ikut bahagia menyongsong pelantikan Jokowi -Ma'ruf amin ? Apakah, rezim sudah mengindera ada 'ketidakbahagiaan' yang menyelimuti bathin rakyat sehingga perlu diseru untuk ikut bergembira ?

Apakah, kebahagiaan itu bisa dipaksakan terhadap rakyat ? Atau sederhananya, mungkinkah bisa memaksa rakyat ikut bahagia bersama Presiden terpilih dan elit partai yang sedang bahagia berbagi jatah kekuasaan ?

Tentu saja tidak bisa. Rakyat itu bahagia, jika kebutuhan hajat asasi mereka baik sandang, pangan maupun papan terpenuhi. Saat ini, rakyat sulit makan, sulit punya papan. Yang punya rumah saja sekarang digusur untuk memuluskan proyek mercusuar rezim.

Rakyat juga tidak mendapatkan empati, saat rakyat menjadi korban di Wanena, korban gempa, korban bencana alam, rezim justru menuding rakyat hanya jadi beban. Saat mahasiswa menuntut keadilan, justru dituding perusuh, mau menggagalkan pelantikan Presiden.

Jadi saat punggawa BPIP menyeru kepada segenap rakyat untuk turut berbahagia menyambut pelantikan Jokowi - Ma'ruf, itu alasan rakyat untuk bahagia apa ? Apa setelah pelantikan rakyat dijamin makannya ? Kesehatannya ? Tempat tinggalnya?

Bahkan menjelang pelantikan, rakyat diteror oleh sejumlah kebijakan yang mencekik. Dari urusan BPJS sampai horor pungutan pajak.

Jadi, kebahagiaan rakyat itu sederhana. Cukup sediakan jaminan secara individu atas kebutuhan sandang, pangan dan papan. Beri jaminan kolektif bagi keamanan, kesehatan dan pendidikan. Itu saja.

Jika ini belum bisa dipenuhi penguasa, maka sangat sulit bagi rakyat bisa mengunggah tawa apalagi bergembira dan bahagia. [].

Comments