Tribun News - Suharso Manoarfa geram, partainya kalah. Lantas, bukannya evaluasi dan muhasabah diri, Suharso justru geram kepada pihak lainnya. Padahal, Suharso juga mengakui kekalahan PPP disebabkan oleh Dukungan PPP kepada Ahok, juga tertangkapnya Ketum PPP oleh KPK, Rommy namanya.
Sedari awal seharusnya partai sadar, memberi dukungan kepada Ahok sang penista agama, berarti mengambil jarak dengan umat. Partai juga sadar, perilaku koruptif itu tidak disukai umat. Harusnya keadaan ini wajib segera dievaluasi.
Nyatanya tidak demikian, PPP justru sibuk ikut mendukung Jokowi, yang juga diusung partai pendukung Ahok saat ajang pilgub DKI Jakarta. Partai juga tidak mengevaluasi diri, ketika Suryadharma menjadi pesakitan KPK, seharusnya itu sudah menjadi catatan penting. Jangan lagi ada kader apalagi ketua umum yang bermasalah karena korupsi.
Bukannya mengubah perilaku politik, justru menjelang hari pemilihan Rommy sang Ketum, malah kejaring OTT KPK. Jika demikian, kenapa pemilih yang disalahkan ? Kenapa umat yang disalahkan?
Umat, tak mungkin menghukum langsung suara PDIP atau Nasdem, karena basis pemilihnya bukan pemilih Islam. Umat, hanya mampu mengajak publik, untuk tidak melabuhkan pilihan politik pada partai pendukung penista agama, tak terkecuali PDIP dan Nasdem.
Tapi terhadap PPP ? Bagaimana mungkin PPP sebagai partai Islam mendukung Ahok yang jelas-jelas kafir ? Bagaimana mungkin umat dipersalahkan, memindah haluan pilihan setelah kader bahkan Ketum PPP terkena OTT KPK ?
Justru kekalahan ini patut disyukuri, sebagai washilah bagi PPP untuk memperbaiki diri. Masih ada pemilu 2024, jika PPP kembali kepada umat, menunjukan komitmen berkhidmat kepada umat, bukan mustahil PPP akan kembali menjadi rumah besar umat Islam.
Tidak perlu menyalahkan umat, yang sebagian menjatuhkan talak pada PPP. Ikhtiarlah untuk rujuk kepada umat, dengan komitmen dan dedikasi, bukan dengan mengancam dan mengintimidasi.
Umat tidak takut putus hubungan dengan partai, wong selama ini partai juga tidak memberi 'nafkah' dan pembelaan kepada umat. Tapi, jika partai yang di talak umat, sudah pasti partai kehilangan kekuasaan.
Jadi berbuat baiklah kepada umat, ajukan permohonan maaf yang tulus atas segala kesalahan. Kembalilah, menjadi rumah besar umat Islam yang memperjuangkan syariat Islam.
Namun jika PPP tidak berbenah, apalagi mengumbar tudingan dan ancaman kepada umat, jangan harap umat kembali dan memberikan kepercayaan. Lagi pula, apa yang mau diancam dari umat ? Mereka lah sebenarnya yang lebih berhak marah kepada partai, karena selama ini partai mengkhianati aspirasi umat.
Kami rindu, PPP yang dahulu, dimana dahulu kakek buyut kami telah berkorban pada masa-masa sulit dibawah represifme orde baru. Kami rindu, PPP yang konsisten memperjuangkan syariat Islam dirumah besar umat Islam. [].
Comments
Post a Comment