Tribun News - Hihihi, lagi-lagi Deny JA bikin nomenklatur istilah baru semau-mau. Kalau dulu, people power sudah diwakili Quick Count Power, sekarang ngeles lagi kayak bajaj. People Power katanya di kotak kardus, people power telah diwakili pemilih yang menyalurkan aspirasinya di kotak kardus yang infonya banyak dibakar.
Denny JA mungkin terlalu mendendam kepada Pak Amin Rais, sehingga perlu membuat essay khusus ber seri-seri untuk mengkounter pernyataan Pak Amin yang sepintas lalu. Atau lebih tepatnya, Denny JA sedang galau, bukan dirinya saja, Denny sedang mengekspresikan kegalauan rezim. Ya, karena Denny selama ini sering menjadi juru bicara rezim melalui survei 'kaleng-kaleng'.
Setahu saya, sudah banyak nama yang disenggol Denny JA karena mengkritik surveinya, dan yang paling santer tentu isu 'people power' yang digulirkan Pak Amien. Isu ini membuat gelisah rezim, juga Denny JA.
Terang saja, isu People Power jika akhirnya terealisasi, tentu akan menghapus sejumlah angka-angka yang ditulis oleh lembaga LSI nya Denny JA, juga angka angka yang mungkin akan ditulis oleh otoritas KPU. Ini yang membuat Denny JA juga terancam, bukan hanya rezim.
Sebagai lembaga profesi, LSI is the end. Beberapa waktu lalu, LSI telah dilaporkan ke bareskrim oleh sejumlah pihak atas tuduhan kebohongan publik. Memang benar, secara hukum boleh jadi LSI tidak akan disenggol, kita tahu lah model penegasan hukum di negeri ini. Namun, secara moral LSI sudah hancur, Denny JA cacat moral dimata publik.
Kembali ke isu people power, begini ya pembaca yang Budiman, beda kotak kardus dengan people power. Kotak kardus itu menampung aspirasi pilihan, melalui mekanisme pemilu. Sementara people power itu menampung aspirasi protes, kejengahan, kemarahan, ketidakadilan, protes atas kecurangan dan kezaliman yang dipertontonkan.
People power itu gerakan nyata, gerakan yang terlihat, bukan klaim mayoritas diam yang tidak jelas tuntutannya. Jadi, gerakan ini memang mengkhawatirkan bagi rezim.
Gerakan lainnya, bisa dikondisikan oleh rezim, tapi tidak untuk people power. People power itu gerakan umat, bukan gerakannya Pak Prabowo, Pak Amien, atau sekelumit elit lainnya.
Gerakan people power itu ekspresi kemarahan atas kezaliman yang terus diproduksi rezim, atas kecurangan dan kecurangan yang begitu telanjang. Jadi, ini gerakan ekspresi umat, ekspresi para pemilih yang sudah memilih tapi suaranya dikhianati oleh kecurangan.
Memang benar gerakan ini menunggu komando ulama, karena umat sadar harus bergerak secara terorganisasi dengan baik. Namun gerakan ini bukan milik elit ulama atau tokoh partai. Ini murni gerakan umat.
Ya tengok saja lah aksi 212, itu gerakan umat. Boleh saja kalian mengklaim masih banyak mayoritas diam, dibanding jumlah yang hadir dalam aksi 212. Namun, mayoritas diam itu setuju dengan aksi 212, mereka juga marah dengan si penista agama, walau mereka terhalang untuk ikut aksi.
Ini juga bukan soal mekanisme hukum, kasus Ahok itu kalau hukum berjalan baik mudah sekali, tidak perlu aksi protes di jalanan. Namun karena hukum macet maka umat Islam mendobraknya melalui aksi damai bela Islam 212. Hasilnya ? Ahok masuk penjara.
Sekarang juga sama, semua usaha untuk menghalangi dengan berbagai tuduhan juga terjadi seperti waktu aksi 212. Namun jika Allah SWT berkehendak, semua hambatan dan rintangan itu tidak mungkin dapat menghalangi terjadinya aksi 'people power'.
Yang lebih penting, kalau ngantuk itu tidur bukan minum kopi. Banyak ngopi tidak akan hilangkan kantuk, tidurlah. Mungkin dirimu mulai lelah Denny. Kepada rezim, juga Denny JA, kalau Ga mau people power ya jujur, Ga usah curang, bukan maksa pihak lain menerima kekalahan karena dicurangi, kemudian mengkerdilkan ikhtiar umat untuk mencari keadilan.
“Wahai umatnya Denny JA, ketahuilah. People power itu dijalanan, mana ada people power di kotak kardus ? Jika kamu tak meyakini itu tapi terus khawatir dengan opini itu, maka sesungguhnya kamu benar-benar termasuk orang-orang yang merugi.”
April juga, 2019. [].
Comments
Post a Comment