Teroris Lagi Teroris Lagi, Tuman !

Isu Terorisme _ Rezim Jokowi _ Tribun News

Tribun News -- Aneh-aneh saja hukum era Jokowi, dari sejak tahun 2014 sampai sekarang tidak berubah. Modusnya tidak berubah. Jika ada kehendak publik, atas dibongkarnya sebuah peristiwa penting, atau posisi kekuasaan sedang tertekan berbagai persoalan, bukannya mengurai masalah dan mencari solusinya, tetapi tiba-tiba muncul isu teroris.

Isu teroris -meminjam istilah Sang Pejuang Ahmad Dani- diternak terus sehingga beranak pinak. Bapaknya di DOR, muncul anaknya. Anaknya di DOR muncul cucunya. Begitu seterusnya, setiap ada kasus yang menjepit rezim, operasi persalinan teroris dilakukan.

Muncul sel ini muncul sel itu, muncul jaringan ini dikaitkan dengan jaringan itu. Industri bom juga bergerak pesat, dari bom buku, bom panci, bom termos, hingga yang terakhir polisi menemukan edisi terbaru bom paling mutakhir : Bom Lontong.

Bom ini, konon merusak kredibilitas Cak lontong. Lontong, yang oleh Cak lontong dikesankan lucu menjadi bengis. Tapi nggak juga, justru bom lontongnya yg jadi ikut ikutan lucu, mirip Cak lontong.

Mungkin, setelah ini akan ada episode bom apem, bom Rengginang, bom lapis legit, bom nagasari, bom arem-arem, hingga bom ketupat. Semua, serentak diledakan menjelang perayaan Natal. Dan nanti, langsung densus 88 gelar operasi lilin untuk mencari apem.

Bom lontong Sibolga, melumat dan meluluhlantakkan skandal politik Sambhar, tipu-tipu lobi Malaysia, huru hara kebohongan Jokowi, dan sejurus kemudian sinetron bom lontong ini akan mengarahkan moncong tudingan radikalisme dan terorisme ke muka umat Islam.

Teroris, sejak diperkenalkan Amerika pada 11 September 2001, diekspor keseluruh dunia. Di Indonesia, tahun 2002 resmi mengadopsi terorisme Amerika, setelah merasa cukup legitimasi untuk mengundangkan Perppu terorisme.

Menyusul, pada 26 Agustus 2004 Detasemen 88 dibentuk sebagai unit antiterorisme yang memiliki kemampuan mengatasi gangguan teroris mulai dari ancaman bom hingga penyanderaan. Namun, entah siapa yang bisa mengontrol sepak terjang pasukan gelap ini. Entah sudah berapa ratus nyawa meregang, hanya dengan dalih 'terduga' dan dieksekusi diluar pengadilan.

Ratapan-ratapan keluarga korban, yang paling masyhur kasus Siyono, tak mendapat respons dari negara. Semua cuci tangan. Sanksi hanya diberikan sebatas etik. Luar biasa !

Yang jelas, dapat dipastikan semua korban isu terorisme ini adalah umat Islam. Umat Islam menjadi pihak tertuduh, sekaligus korban. Penangkapan secara brutal, hingga masuk area masjid, menyeret paksa, menjadikan Al Quran sebagai barang bukti, menyerang ajaran jihad, syariah dan khilafah, menjadi Jamak dilakukan hanya dengan dalih memerangi kejahatan ekstra ordinary.

Sudahlah ! Berhentilah jualan isu terorisme ! Kami umat Islam sudah muak dengan semua sandiwara ini. Amerika, hanya meminta maaf ketika salah menjadikan target Irak sebagai serangan terorisme, juga osamah bin Laden. Lantas, kalian yang menumpahkan darah kaum muslimin dinegeri ini dengan dalih terorisme akan mengatakan apa ? [].

Comments