Ganjar dan Rendahnya Kadar Intelektual Kader PDIP


Tribun News - Lagi, pejabat publik yang bermodal kedunguan membuat statement nyeleneh. Bendera bertuliskan Lafadz tauhid 'LA ILAHA ILLALLAH MUHAMMADDUR ROSULULLAH' disebut bendera HTI. Padahal, penjelasan berulang mengenai bendera tauhid, Al Liwa dan Ar Roya adalah bendera Rasulullah, bendera umat Islam, jamak dan sudah menjadi diskursus dan kesadaran umum.

Bahkan, pada Reuni 212 jilid II, jutaan peserta membawa dan mengibarkan bendera tauhid dengan bangga. Mereka bukan anggota atau kader HTI, mereka merasa bangga membawa dan mengibarkan bendera tauhid bukan bendera HTI.

Namun demikian, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo masih juga belum move on. Bendera tauhid masih saja dibaca bendera HTI. Apa mungkin Ganjar tidak bisa membaca khat tulisan Arab ? Apa mungkin jika ada bendera dengan khat tulisan Arab berupa tulisan 'TAHU BULET DIGORENG DADAKAN' atau 'NASI BUNGKUS' atau 'RENDANG LENGKUAS' akan tetap dibaca bendera HTI ?

Kedangkalan akut seorang Ganjar, menyebabkan dia sesumbar tidak akan memberi ampun kepada guru dan pelajar di SMK Negeri 2 Sragen jika terbukti serta terlibat dalam pengibaran bendera tauhid. Ganjar, masih ngeyel bendera bertuliskan Lafadz 'LA ILAHA ILLALLAH MUHAMMADDUR ROSULULLAH' dibaca bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). (17/10).

Ganjar juga kembali mengumbar narasi terpapar paham terlarang. Entah apa yang dimaksud Ganjar. Padahal, publik paham Ganjar terpapar korupsi e KTP. Nama Ganjar dan Puan Maharani (sesama kader PDIP), disebut menerima duit korupsi e KTP.

Kadar intelektual Ganjar yang tak mampu membedakan mana kalimah tauhid, mana kalimat HTI, termasuk mana redaksi tahu bulet juga rendang lengkuas, menyebabkan Ganjar latah menyebut bendera tauhid sebagai bendera HTI. Kalau sekelas Ganjar saja begitu payah pemahamannya terhadap kalimat tauhid, bagaimana dengan kader PDIP yang lain ? Bagaimana dengan Arteria Dahlan, misalnya. Apakah dia bisa membaca kalimat tauhid dalam redaksi Arab ?

Ganjar tak punya prestasi di Jateng, warga Jateng masih banyak yang miskin bahkan ketika ada krisis pangan Ganjar menyarankan warga makan nasi tiwul. Padahal, ada anggaran miliaran justru dihamburkan untuk pesta apel kebangsaan.

Sampai hari ini tidak ada satupun pasal atau UU yang melarang membuat, memiliki dan mengibarkan bendera tauhid. Tapi komentar Ganjar selalu mengarahkan seolah pengibaran bendera tauhid suatu kejahatan. Pada saat yang sama, Ganjar berusaha menutupi borok korupsi e KTP dan setumpuk persoalan Jateng yang masih terbengkalai.

Yang lalu Ganjar mengultimatum ASN terpapar khilafah mau dipecati. Sekarang mau ngurusi anak sekolah yang sedang demam bangga mengibarkan bendera tauhid. Memangnya tupoksi Pemprov Jateng itu ngurusi radikalisme ? Benera tauhid ? Itu sudah ada BNPT, sebaiknya Ganjar fokus menyejahterakan warga Jateng.

Sekali lagi, pemahaman yang payah itulah menyebabkan seorang dengan jabatan gubernur tidak bisa membedakan kalimat tauhid yang mulia, kalimat yang menjadi pasword memasuki pintu surga, dengan ormas HTI. Lha wong HTI saja tidak pernah mengklaim bendera tauhid sebagai bendera HTI ?

Sebaiknya, Ganjar mulai ngaji lagi diulang dari IQRO JILID I. Dan jangan ngaji sendiri, cari guru agar tidak salah baca. Setelah lulus IQRO, insyaAllah Ganjar bisa membedakan mana bendera tauhid bertuliskan 'LA ILAHA ILLALLAH MUHAMMADDUR ROSULULLAH' mana tulisan TAHU BULET DIGORENG DADAKAN' atau 'NASI BUNGKUS' atau 'RENDANG LENGKUAS' dan mana tulisan bendera HTI. Semoga cepat pintar ya Njar. [].

Comments