Jokowi Dibawah Bayang-Bayang Kekalahan 'Golkar'

Jokowi, Setnov, Setya Novanto, Golkar
Tribun News -- Golkar adalah partai tua, piawai, cakap bermanuver khususnya untuk berebut kue kekuasaan. Di era Jokowi-JK, meski merapat telat, Golkar dapat menangguk benefit dua porsi menteri. Menteri perindustrian dan menteri sosial.

Airlangga Hartarto, pada 27 Juli 2016 ditunjuk untuk menjabat sebagai Menteri Perindustrian menggantikan Saleh Husin pada perombakan Kabinet Kerja Joko Widodo. Airlangga juga akhirnya menjadi Ketum Golkar menggantikan posisi Novanto pasca kepentok tiang listrik. Sementara Idrus Marham dilantik Presiden Jokowi sebagai Menteri Sosial menggantikan Khofifah Indar Parawansa pada Rabu, 17 Januari 2018.

Namun, dalam perjalanannya, Idrus Marham hanya menduduki jabatannya sebagai Menteri Sosial selama 7 bulan 7 hari saja. Idrus menyatakan mundur dari jabatannya setelah ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK. Pengganti Idrus tetap menjadi hak paten Golkar, Presiden Joko Widodo melantik Agus Gumiwang Kartasasmita sebagai Menteri Sosial menggantikan Idrus.

Agus Gumilang adalah anak Ginandjar Kartasasmita, menteri di era Orde Baru. Sebelum menjabat Menteri Sosial, Agus merupakan anggota Komisi I DPR Fraksi Partai Golkar. Ia adalah anggota DPR terpilih dari daerah pemilihan Jawa Barat II.

Itu baru sekelumit prestasi politik Golkar, yang 'piawai' merogoh kocek jatah menteri ke Jokowi. Padahal saat Pilpres 2014, Golkar berada di barisan Pelawan Jokowi yang cukup sengit. Bahkan, di era ichal 'seolah-olah' Golkar akan menjadi oposisi abadi.

Namun kepiawaian Golkar merogoh kocek jatah menteri tidak sebanding dengan peran dan dedikasi Golkar dalam memenangkan capres dalam laga Pilpres. Bahkan, Golkar memiliki 'prestasi buruk' dan justru menorehkan 'Legacy politik membebani' dalam sejumlah laga Pilpres.

Pada Pilpres 2004, pasangan capres cawapres yang diusung Golkar keok. Golkar saat itu berkoalisi mendukung Mega - Hasyim, ternyata rontok oleh pasangan SBY - JK.

Pada Pilpres 2009, pasangan capres cawapres yang diusung Golkar keok lagi. Golkar yang berkoalisi mendukung JK - Wiranto, ternyata keok oleh pasangan SBY - Budiono.

Pada Pilpres 2014, pasangan capres cawapres yang diusung Golkar juga bernasib sama. Golkar berkoalisi mendukung pasangan capres cawapres Prabowo - Hatta, ternyata yang menang pasangan Jokowi - JK.

Akankah Pilpres tahun 2019 ini Golkar mengulang prestasi buruk ? Membuat pasangan capres cawapres Jokowi - MA keok ? Golkar saat ini sejak awal berkoalisi dengan PDIP, PKB, PPP, Nasdem, Hanura, PSI dan Perindo mengusung pasangan Jokowi - MA.

Sinyal kekalahan Jokowi - MA, nampak kuat. Sementara, tidak terlihat peran signifikan Golkar membela Jokowi - MA. Golkar, nampaknya lebih fokus memenangkan caleg dan partainya, ketimbang berjibaku mempromosikan Jokowi - MA.

Berbagai spanduk caleg Golkar, nyaris kosong dari memasang foto Jokowi - MA. Hanya relawan Go-Jo, yang terlihat agak riuh memasang foto Jokowi dan Airlangga, Ketum Golkar. Relawan ini, sejak awal juga dibentuk untuk mempromosikan Airlangga sebagai cawapres Jokowi.

Pasca dipilihnya MA, relawan Go-Jo nampaknya tidak lagi terlalu bersemangat memasarkan figur Jokowi. Beberapa elit dan barisan muda Golkar, justru menyeberang mendukung Prabowo - Sandi. Ichal, bahkan beberapa kali pernah aktif melalui cuitan tweeter mengkritik kebijakan Jokowi.

Akankah Golkar mengulang sejarah ? Menjadikan capres yang diusungnya keok dalam pertarungan Pilpres ? Akankah Pilpres 2019 ini akan meneguhkan Golkar sebagai partai pembawa sial dalam Pilpres ? Akankah, Jokowi Amsyong gara-gara didukung Golkar ? Kita lihat saja. [].

Comments