Survey-Surveyan Dan Elektabel-Elektabelan

Tribun News | Survey-Surveyan Dan Elektabel-Elektabelan

Tribun News -- Hehe, geli tapi sekaligus ngilu melihat kelakuan rezim, dari sejak zaman batu, abad mulai dikenal tulisan, hingga hijrah Nabi SAW dan zaman era Now, tetap saja tidak lekang dari bermain citra-citraan. Jurusnya tetap itu-itu saja, tidak ada inovasi.

Memang benar, untuk merasakan daging sapi tidak butuh memakan seluruh daging sapi. Cukup sejumput sample daging sapi, Anda akan mengetahui rasa daging sapi.

Itu klaim survey-surveyan ala rezim, yang diangkat dan digaungkan kepada publik untuk membangun kepercayaan publik. Diklaim, rezim masih memiliki elektabilitas tinggi di Jawa.

Sampelnya yang diambil dari bokong sapi, yang dirasakan isi bokong sapi yang warnanya hitam. Itu yang dicicipi dari survey-surveyan yang dijajakan rezim. Mana mungkin itu mewakili rasa publik ? Itu tidak mewakili rasa daging sapi !

Yang nyurvey peneliti kacung rezim, yang mengedarkan media partisan, kemudian kedustaan itu di gaungkan oleh buzer-buzer rezim yang plonga plongo. Para buzer tahunya, setiap yang keluar dari rezim jempol, hingga rezim BAB pun dianggap emas.

Sudahlah, jangan tipu umat dengan survey-surveyan, jangan berbedak citra dengan pulasan elektabel elektabelan. Segera bangun dari mimpi di sidang bolong. Umat sudah tidak menginginkanmu, umat sudah jizik melihat kelakuanmu.

Walau survey-surveyan terus digaungkan, suaranya akan terbenam dengan berisiknya kritisme sosmed. Nampaknya belum sadar juga, ini dunia baru Bung ! Dunia sosmed, dimana setiap orang bisa menjadi wartawan, editor, sekaligus penerbit kabar berita.

Percuma saja membayar media dengan biaya mahal, karena jejaring sosmed menghadirkan jutaan sumber berita dan opini. Mampu melawannya ? Rakyat yang mengabarkan langsung derita dan nestapa mereka. Tidak usah berfantasi, masih bermimpi mau menangguk simpati.

Menetapkan PJ Gubernur saja tidak becus, giliran dikritik ngeles tidak mengusulkan sosoknya. Mudik keburu diklaim lancar, nyatanya penginapan dan lahan parkir pindah ke jalan tol.

Tarif tol yang katanya produk unggulan, biayanya selangit. Giliran dikritik, kenaikan tarif ditunda. Lihat saja, saat publik terlelap boleh jadi tarif tol tiba-tiba sudah selangit.

Ini rakyat kok merasa tidak aman dengan pemimpinnya sendiri ? Harusnya rakyat itu khawatir dan bertarung melawan musuh, kok ini malah tidak nyaman oleh kelakuan pemimpinnya ? Jangan-jangan musuh rakyat adalah pemimpinnya sendiri ?

Kalau benar rezim telah mengumumkan perang terhadap rakyat, maka tidak ada satupun kekuasaan politik -sepanjang sejarah peradaban manusia- mampu menang melawan kekuatan rakyat. Tidak Ben Ali, tidak Husni Mubarak, Tidak Khadafi, tidak juga rezim ini.

Rezim keong sawah ini harus segera diakhiri, bikin hama saja. Merusak impian petani yang ingin memanen padi. Rezim, yang kerjaannya hanya menjadi parasit bagi negeri. [].

Comments